
bisnis Muhammadiyah
Scenesjournal.com, Indonesia – Muhammadiyah dikenal luas sebagai organisasi Islam modern terbesar di Indonesia yang aktif di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Muhammadiyah mulai menaruh perhatian serius pada penguatan bisnis Muhammadiyah yang berbasis pada kemandirian ekonomi umat.
Dua sektor yang kini menjadi fokus pengembangan adalah pangan dan ritel modern — dua bidang yang strategis untuk menopang kebutuhan masyarakat dan memperkuat ekonomi nasional.
Langkah ini menunjukkan transformasi Muhammadiyah menuju organisasi yang tidak hanya kuat dalam dakwah dan pendidikan, tetapi juga berdaya di sektor bisnis produktif. NERAKATOTO
Latar Belakang: Dari Gerakan Sosial ke Kemandirian Ekonomi
Selama lebih dari satu abad berdiri, Muhammadiyah telah membangun ribuan amal usaha di bidang pendidikan, rumah sakit, hingga lembaga sosial.
Namun, selama ini sebagian besar sumber pendanaan organisasi masih mengandalkan sumbangan, filantropi, dan kontribusi anggota.
Melihat perkembangan ekonomi digital dan kompetisi pasar yang makin kompleks, Muhammadiyah menilai perlunya transformasi menuju kemandirian ekonomi.
Pendekatan baru ini mendorong setiap amal usaha untuk tidak hanya menjadi lembaga sosial, tetapi juga memiliki nilai produktif dan bisnis yang berkelanjutan.
Sektor Pangan: Pilar Ketahanan dan Kedaulatan Ekonomi
Sektor pangan menjadi perhatian utama Muhammadiyah karena terkait langsung dengan kehidupan masyarakat.
Indonesia memiliki potensi besar sebagai negara agraris, namun masih menghadapi tantangan serius seperti ketergantungan impor, distribusi yang tidak merata, dan harga pangan yang fluktuatif.
Melalui jaringan koperasi, pondok pesantren, dan amal usaha di bidang pertanian, Muhammadiyah berupaya memperkuat ekosistem produksi pangan lokal.
Beberapa cabang Muhammadiyah di Jawa Tengah, Sulawesi, dan Kalimantan sudah mulai mengembangkan usaha tani beras, sayuran, peternakan ayam, hingga pengolahan hasil pertanian berbasis komunitas.
Langkah ini bukan hanya menciptakan nilai ekonomi, tapi juga mendorong kemandirian pangan umat.
Dengan jaringan yang luas, Muhammadiyah dapat menjadi penggerak utama rantai pasok pangan nasional yang efisien dan berkeadilan.
Ritel Modern: Lahirnya Mentarimart dan Ekonomi Kolaboratif
Selain sektor pangan, Muhammadiyah juga menargetkan pengembangan ritel modern.
Inisiatif ini diwujudkan melalui peluncuran Mentarimart, sebuah jaringan toko ritel modern yang dikelola dengan semangat kemandirian ekonomi dan prinsip syariah.
Mentarimart hadir sebagai respon terhadap dominasi jaringan minimarket besar di Indonesia.
Berbeda dari ritel konvensional, Mentarimart mengusung model bisnis sosial (social enterprise) yang menggabungkan nilai dakwah, kemandirian ekonomi, dan pemberdayaan anggota.
Ritel ini memanfaatkan jaringan internal Muhammadiyah — dari lembaga pendidikan hingga amal usaha — sebagai basis pelanggan dan distributor produk.
Dengan sistem yang profesional dan branding modern, Mentarimart diharapkan bisa bersaing sehat dengan ritel besar nasional.
Kolaborasi Strategis dan Sinergi Ekonomi
Untuk mewujudkan ekosistem bisnis yang tangguh, Muhammadiyah tidak bekerja sendiri.
Organisasi ini menjalin kemitraan strategis dengan sejumlah lembaga profesional, seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) untuk pengelolaan sistem ritel dan logistik Mentarimart.
Selain itu, Muhammadiyah juga menggandeng bank syariah, koperasi anggota, dan pelaku UMKM untuk mendukung rantai pasok.
Produk-produk yang dihasilkan dari sektor pertanian Muhammadiyah dapat dipasarkan langsung di jaringan ritel Mentarimart, menciptakan rantai ekonomi umat yang terintegrasi dari produksi hingga konsumsi.
Inilah bentuk nyata konsep “ekonomi berjamaah” yang sering digaungkan Muhammadiyah: ekonomi yang tumbuh dari bawah, berbasis komunitas, dan saling menguatkan.
Potensi dan Keunggulan Kompetitif
Ada beberapa alasan mengapa langkah Muhammadiyah di sektor pangan dan ritel modern berpotensi sukses besar:
-
Jaringan luas dan solid
Dengan lebih dari 170 perguruan tinggi, 457 rumah sakit, serta ribuan sekolah dan masjid, Muhammadiyah memiliki ekosistem yang siap menjadi pasar internal. -
Reputasi dan kepercayaan tinggi
Brand Muhammadiyah sudah melekat kuat dengan nilai kejujuran, amanah, dan tanggung jawab sosial — modal utama dalam bisnis ritel dan pangan. -
Dukungan sumber daya manusia (SDM)
Banyak kader muda Muhammadiyah yang berpendidikan tinggi dan memiliki kompetensi manajerial, digital, dan teknis untuk mengelola bisnis modern. -
Potensi sinergi antar-ormas dan BUMN
Kolaborasi lintas lembaga seperti BUMN pangan, koperasi syariah, dan pemerintah daerah membuka peluang besar bagi percepatan ekspansi bisnis Muhammadiyah.
Tantangan yang Perlu Diantisipasi
Meski potensinya besar, Muhammadiyah juga menghadapi beberapa tantangan krusial:
-
Modal dan investasi awal besar.
Sektor pangan dan ritel memerlukan infrastruktur logistik, pergudangan, dan distribusi yang tidak murah. -
Persaingan ketat dengan ritel besar.
Pemain seperti Indomaret dan Alfamart sudah memiliki jaringan kuat. Mentarimart harus menawarkan nilai tambah yang berbeda. -
Manajemen profesional dan tata kelola.
Muhammadiyah harus memastikan setiap lini usaha dikelola secara transparan, profesional, dan sesuai prinsip syariah. -
Konsistensi pasokan dan kualitas produk.
Untuk bersaing di sektor pangan, standar mutu dan keberlanjutan produk lokal harus dijaga.
Namun dengan sistem organisasi yang mapan, Muhammadiyah punya kemampuan untuk mengatasi tantangan tersebut secara bertahap.
Arah Strategis Bisnis Muhammadiyah ke Depan
Keberhasilan bisnis Muhammadiyah tidak hanya diukur dari keuntungan, tetapi dari sejauh mana bisnis ini memberikan manfaat sosial dan memperkuat kemandirian umat.
Beberapa arah strategis yang sedang dan akan dikembangkan antara lain:
-
Membangun ekosistem bisnis syariah terintegrasi
Dari hulu (produksi pertanian) hingga hilir (ritel dan distribusi), semua diarahkan berbasis prinsip syariah dan keadilan. -
Mengembangkan pelatihan kewirausahaan kader Muhammadiyah.
Melalui lembaga seperti Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK), organisasi ini melatih ribuan wirausaha muda setiap tahun. -
Digitalisasi operasional dan pemasaran.
Bisnis modern menuntut sistem digital untuk efisiensi manajemen stok, transaksi, dan distribusi barang. -
Kemitraan dengan UMKM lokal.
Muhammadiyah membuka ruang bagi UMKM anggota untuk menjadi pemasok resmi di jaringan Mentarimart dan koperasi Muhammadiyah. -
Peningkatan literasi keuangan dan investasi.
Edukasi bagi anggota agar bisa ikut berinvestasi dalam proyek ekonomi Muhammadiyah menjadi kunci perluasan modal sosial.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Jika strategi ini berhasil dijalankan, dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian nasional, terutama bagi masyarakat kelas menengah dan bawah.
Ekosistem bisnis Muhammadiyah di sektor pangan dan ritel dapat menciptakan:
-
Lapangan kerja baru di berbagai daerah.
-
Peningkatan nilai produk lokal dan UMKM.
-
Kemandirian finansial lembaga sosial Muhammadiyah.
-
Distribusi ekonomi yang lebih adil dan merata.
Lebih dari itu, Muhammadiyah dapat menjadi model organisasi sosial berbasis bisnis produktif yang menginspirasi banyak ormas lain di Indonesia.
Kesimpulan
Langkah Muhammadiyah untuk terjun ke sektor pangan dan ritel modern adalah bukti nyata bahwa gerakan dakwah tidak berhenti di bidang sosial, tetapi juga menjangkau kemandirian ekonomi.
Dengan jaringan besar, manajemen modern, dan semangat kolaborasi, bisnis Muhammadiyah bisa tumbuh menjadi kekuatan ekonomi baru yang membawa manfaat luas bagi masyarakat.
Dari sawah hingga rak ritel, Muhammadiyah sedang membangun jembatan antara nilai keagamaan dan kemandirian ekonomi — demi mewujudkan kesejahteraan umat secara berkeadilan dan berkelanjutan.